Kanker leher rahim merupakan penyebab utama kematian akibat kanker di negara berkembang. Padahal, kanker itu sebetulnya dapat diminimalisasi penderitanya.
Hal itu terungkap dalam acara "Fight for Cervical Cancer" yang diselenggarakan Fakultas Vokasi Hubungan Masyarakat Universitas Indonesia, Kamis (6/5/2010). Kegiatan itu bertujuan meningkatkan kesadaran perempuan, khususnya mahasiswi akan bahaya kanker leher rahim (serviks).
Kanker serviks ialah kanker pada area bawah rahim yang menghubungkan rahim dengan vagina. Sel-sel serviks normal yang terinfeksi human papilloma virus (HPV), terutama tipe 16 dan 18, perlahan berkembang menjadi prakanker.
Salah satu pembicara, dokter spesialis kandungan Adrian Setiawan, mengatakan, kanker serviks merupakan penyebab utama kematian perempuan di negara berkembang. Menurut data Globocan 2002, terdapat 40.000 kasus baru kanker serviks dengan sekitar 22.000 kematian pada perempuan di Asia Tenggara. Indonesia di peringkat pertama dengan 15.050 kasus baru dan kematian 7.566 jiwa dalam setahun.
Angka itu tak jauh berubah, bahkan meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Denga jumlah penderita yang terus bertambah, kasus kanker serviks terjadi fenomena gunung es. "Ini berarti sekitar 20 perempuan Indonesia meninggal karena kanker serviks per hari," kata Adrian.
Salah satu penyebab tingginya angka kejadian di negara berkembang ialah terbatasnya informasi mengenai kanker jenis itu. Deteksi dini berupa pap smear dan vaksin masih relatif mahal. Biaya pap smear Rp 400.000- Rp 700.000. Aementara vaksin HPV Rp 1 juta sekali suntik.
Adrian mengatakan, sekitar 90 persen kanker leher rahim disebabkan HPV—virus umum. Sementara 8-10 perempuan diduga sudah terinfeksi HPV selama hidupnya. Virus itu dapat menular pada perempuan dan laki-laki. Ada sekitar 100 jenis HPV dan 30 di antaranya mengenai bagian kelamin. Sebagian besar dapat dibersihkan sendiri oleh tubuh.
Jenis HPV yang diketahui menjadi penyebab kanker antara lain tipe 16 dan 18—penyebab sekitar 70 persen kanker leher rahim. Kanker leher rahim sering kali tanpa gejala sehingga sekitar 70 persen pasien datang dalam stadium lanjut.
Hal senada diungkapkan Adityawati G Parengkuan dari Yayasan Kanker Indonesia. Dia mengatakan, penderita kanker terus bertambah dan 85 persen penyebab kanker pada umumnya ialah faktor lingkungan dan 15 persen faktor genetika.
Faktor risiko untuk kanker rahim antara lain hubungan seksual usia muda (kurang dari 20 tahun), berganti-ganti pasangan seksual, sering menderita infeksi di daerah kelamin, dan melahirkan banyak anak. Faktor risiko lainnya adalah defisiensi vitamin A, C, dan E serta terpapar asap rokok.
Adrian mengatakan, pencegahan primer kanker serviks dapat dengan vaksin HPV tipe 16 dan 18. Pencegahan lain dengan menjaga perilaku seksual.
Sumber : Kompas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar