Sabtu, 22 Mei 2010

Cegah Kerut di Wajah Mulai Sekarang

PROSES menjadi tua memang tidak bisa kita elakkan. Namun, banyak cara mudah agar keriput-keriput tidak cepat muncul di wajah. Salah satunya dengan menjalani gaya hidup sehat.

Penuaan merupakan suatu proses alami yang tak dapat dihindarkan dan berlangsung secara terus-menerus. Benda matipun seperti bangunan, kayu, beton, mobil, semuanya tidak terhindar dari kerusakan akibat penuaan. Proses kerusakan itu terjadi karena serentetan proses fisik maupun kimia dan berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama.

Pada manusia diketahui kecepatan daya kerja alat tubuh seperti otak, jantung, ginjal, dan sebagainya akan berkurang kira-kira 1 persen sejak seseorang itu berumur 30 tahun, yang dikenal sebagai kaidah 1 persen. Namun, berbagai penelitian menunjukkan bahwa penuaan tubuh bisa dihambat. Terbukti umur harapan hidup manusia sekarang ini menjadi lebih panjang dan umur rata-rata penduduk menjadi lebih tua.

Kita juga sering melihat orang yang beranjak tua tapi masih tetap produktif. Misalnya seseorang yang berusia 55 tahun, tetapi masih tampak energik seperti baru berusia 40 tahun, wajah dan kulitnya bersih bersinar. Tetapi sebaliknya, ada yang walaupun masih berusia 40 tahun, namun sudah terkurung dalam kelelahan,wajah sayu, dan kulit keriput.

Karena itu, bila Anda cepat menjadi tua dari umur sebenarnya atau mengalami penuaan dini, ini tidaklah wajar dan tentu tidak kita inginkan. Untuk mengatasi hal itu, berbagai metode dan pengobatan mulai diperkenalkan kepada masyarakat. Tentu saja ada yang benar-benar berguna, namun ada juga yang hanya sesaat.

Meski berbagai cara untuk mencegah penuaan dini banyak dipublikasikan, ternyata tidak berpengaruh terhadap sikap masyarakat Indonesia. Menurut guru besar dan Kepala Bagian Andrologi dan Seksologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Bali, Prof Dr dr Wimpie Pangkahila SpAnd FAACS, penduduk kita masih sering mempercayai segala hal-hal yang berbau mistis.

“Masyarakat percaya bahwa kelahiran dan kematian sudah digariskan oleh Tuhan sehingga banyak orang yang menjadi pasrah dan tidak berusaha untuk memperbaiki kehidupannya. Hal ini tentu saja akan memengaruhi penuaan dini,” katanya dalam acara Simposium Nasional Perhimpunan Kedokteran Anti Penuaan Indonesia (Perkapi) ke-3 dengan tema Pencegahan dan Penanggulangan Penuaan Dini di Hotel JW Marriot, Jakarta, belum lama ini.

Karena pasrah terhadap takdir, lanjut Wimpie, mereka tidak berupaya mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat. Ini tentu saja berpengaruh terhadap harapan hidupnya yang semakin kecil. Tidak heran, dibandingkan dengan negara Asia lainnya, angka harapan hidup Indonesia termasuk rendah.

Berdasarkan penelitian pada 2007 diketahui, harapan hidup masyarakat Indonesia hanya sampai 66,7 tahun. Sedangkan Malaysia 70 tahun, Jepang 80 tahun, dan Amerika Serikat usianya 90 tahun. “Pola hidup sehat dengan berolahraga, tidak merokok, dan mengonsumsi makanan bergizi tinggi, seharusnya dijalankan segera agar harapan hidup kita makin tinggi,” tutur Ketua Pusat Studi Anti-Aging Medicine dan Ketua Program Magister kekhususan Anti-Aging Medicine ini.

Dalam teorinya, proses penuaan terbagi menjadi dua, yaitu penuaan akibat kecelakaan (accidental) dan penuaan karena sesuatu yang memang sudah terprogram. “Hingga saat ini proses penuaan masih menjadi misteri dan perdebatan. Para ahli sedang mencari tahu teori mana yang paling benar,” papar Ketua Perkapi Prof Dr Jahja Kisjanto PhD SpPD-KKV.

Dia menuturkan, proses penuaan ini sebenarnya dapat diundur atau ditunggu hingga 10–20 tahun lagi. Meski demikian, sebenarnya sejak 1993 sudah dikenal obat antipenuaan (antiaging). “Pengobatan ini harus dilakukan dengan benar dan ada dasar buktinya (evidence base) sehingga seseorang yang menggunakannya tidak menderita atau merasa kekurangan sesuatu. Tapi justru membuatnya menjadi lebih bugar dan juga meningkatkan usia (lifespan) seseorang,” ujar Jahja.

Pengobatan anti-penuaan, terang Jahja, harus didasarkan pada teori keilmuan dan teknologi medis yang berguna untuk deteksi dini. Sebab, seseorang sebaiknya tidak menunggu hingga menjadi sakit baru diobati. Terapi ini juga dilakukan untuk pencegahan, pengobatan, dan tentu saja segala perubahan yang berhubungan dengan penuaan dan penyakit sehingga bisa memperpanjang usia seseorang dan hidup dengan sehat.

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, masyarakat sebaiknya lebih teliti dalam memilih pengobatan untuk anti-penuaan. Karena tidak semua orang yang mengaku ahli dalam hal anti-aging benar-benar memiliki pendidikan atau latar belakang keilmuan antiaging. Banyak ditemukan, orang yang baru mengikuti seminar atau workshop tetapi sudah mengaku sebagai spesialis anti-aging.

Sementara itu, guru besar bidang gizi klinik di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof Dr Walujo Soerjodibroto MSc PhD SpGK(K), menekankan pentingnya menghilangkan atau mengurangi faktor risiko penuaan dini. Salah satu di antaranya adalah kelebihan (terutama obesitas) ataupun kekurangan berat badan.
Obesitas, terang dia, merupakan penyakit berbahaya akibat adanya perilaku makan yang keliru. Mengubah perilaku penderita obesitas dengan mengonsumsi makanan sehat memang sangat sukar dan hampir tidak mungkin berhasil tanpa adanya upaya-upaya khusus.

“Salah satu upayanya adalah dengan mengubah mindset pasien menuju perilaku makan yang sehat dengan sistem behavior modification. Namun, upaya ini sangat tidak mudah karena memerlukan kesabaran, ketelitian, dan kemauan yang kuat dari si pasien maupun dokternya,” ujar Walujo.

Walujo mengatakan, pendidikan atau penyuluhan kepada penderita obesitas harus dipaksakan yang pada gilirannya akan memperbaiki sudut pandang yang berbeda soal makanan sehat dan baru setelah itu terjadi perbaikan hidup. Agar progam ini berhasil, memang perlu ada reward dan punishment.


Sumber : okezone

Tidak ada komentar:

Posting Komentar