Lebih dari 25 persen persalinan dilakukan tanpa pertolongan tenaga kesehatan, hal ini berperan pada tingginya angka kematian ibu di Indonesia. Hal tersebut antara lain karena jumlah bidan di desa masih kurang, sehingga para ibu, terutama di daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan, sulit menjangkau pelayanan persalinan.
"Persalinan yang ditolong tenaga kesehatan sebanyak 74,87 persen, masih membutuhkan perhatian khusus untuk mencapai target sebesar 90 persen tahun 2015," kata Endang Rahayu Sedyaningsih, dalam sambutan tertulis yang dibacakan Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Ratna Rosita usai penandatanganan kesepakatan tentang pengarusutamaan gender di Jakarta, Rabu (12/5).
Menurut data Direktorat Bina Kesehatan Ibu Kementerian Kesehatan pada 2007 jumlah bidan desa tercatat 53.273 orang sementara jumlah desa yang ada di seluruh Indonesia lebih dari 70 ribu. Persalinan tanpa pertolongan tenaga kesehatan ikut memberikan kontribusi pada angka kematian ibu yang masih tinggi, 228 per 100 ribu kelahiran hidup, menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2007.
Dalam sambutan itu disebutkan, pemerintah berusaha menurunkan angka kematian ibu menjadi 102 per 100 ribu kelahiran hidup pada 2015 dengan meningkatkan akses terhadap pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan.
Upaya itu, antara lain, dilakukan dengan memperbanyak jumlah puskesmas yang mampu memberikan pelayanan obstetri neonatus emergensi dasar dan rumah sakit yang menyediakan pelayanan obstetri neonatus emergensi komprehensif.
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan Tahun 2007 jumlah puskesmas dengan kategori itu sebanyak 1.290 sementara rumah sakit berkategori tersebut sebanyak 183 unit. "Selain itu kita juga menugaskan bidan pegawai tidak tetap ke daerah untuk menutupi kebutuhan bidan desa sementara waktu," katanya.
Ina menambahkan pemerintah mengirimkan tim tenaga kesehatan yang terdiri atas dokter, dokter spesialis, bidan dan perawat ke daerah-daerah bermasalah kesehatan untuk mendekatkan pelayanan kesehatan berkualitas kepada masyarakat, termasuk di dalamnya pelayanan persalinan. Keterampilan para bidan juga ditingkatkan serta difasilitasi kemitraan bidan dan dukun.
"Dukun beranak dirangkul untuk bermitra dengan bidan, membantu bidan. Mereka dilatih mengenali tanda bahaya persalinan dan menyampaikan informasi mengenai masalah itu kepada bidan. Kita juga berencana memberikan pengetahuan tentanng ASI dan inisiasi menyusu dini kepada dukun supaya mereka bisa menyampaikannya kepada ibu hamil di lingkungan mereka," demikian Ina Hernawati.
sumber : Kompas
0 komentar:
Posting Komentar